Data tahun 2001,
potensi udang nasional mencapai 633.681 ton. Dengan asumsi laju
peningkatan tersebut tetap, maka pada tahun 2004 potensi udang
diperkirakan sebesar 785.025 ton. Dari proses pembekuan udang untuk
ekspor, 60-70 persen dari berat udang menjadi limbah (bagian kulit dan
kepala) sehingga diperkirakan akan dihasilkan limbah udang sebesar
510.266 ton.
Di Indonesia
saat ini ada sekitar 170 pengolahan udang dengan kapasitas produksi
terpasang sekitar 500.000 ton per tahun. Dari proses pembekuan udang
(cold storage) dalam bentuk udang beku headless atau peeled untuk
ekspor, 60-70 persen dari berat udang jadi limbah (bagian kulit dan
kepala).
Dari
usaha pengolahan udang dihasilkan limbah udang sebesar 30% – 75% yang
terbuang percuma tanpa diolah bahkan menyebabkan pencemaran. Jumlah
tersebut sangat besar untuk ukuran limbah industri. Limbah
sebanyak itu, jika tidak ditangani secara tepat, akan menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan, karena selama ini pemanfaatan limbah cangkang
udang hanya terbatas untuk pakan ternak saja seperti itik, bahkan sering
dibiarkan membusuk.
Ø Bahan baku dari
limbah cangkang udang menjadi kitosan
Ada peluang
besar dalam inovasi pengolahan limbah cangkang udang yang berbasis
bioindustri perikanan dan kelautan. Sebab, limbah tersebut merupakan
sumber potensial pembuatan kitin dan khitosan, yakni biopolimer yang
secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri.
Penanganan
Limbah kitosan adalah karena sifat polikationiknya, Kitosan dapat
dimanfaatkan sebagai agensia penggumpal dalam penanganan limbah terutama
limbah berprotein yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Pada penanganan limbah cair, Kitosan sebagai chelating agent
yang dapat menyerap logam beracun seperti mercuri, timah, tembaga,
pluranium dan uranium dalam perairan dan untuk mengikat zat warna
tekstil dalam air limbah.
Dengan
menggunakan konsep Bio-cyclo Farming dan Ekologi Industri, maka Kitosan
dari limbah cangkang udang dari bidang perikanan, dapat digunakan sebagai agensia penggumpal dalam penanganan limbah terutama
limbah berprotein yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak
yang tentu tidak mengurangi bahan-bahan yang berbahaya bagi tanaman. Pakan ternak yang dihasilkan dari limbah Kitosan ini dapat
digunakan sebagai bahan makanan untuk ternak-ternak (bid.Peternakan).
Dengan kandungan proteinnya, maka pakan ternak yang dihasilkan baik
untuk diberikan kepada hewan ternak.
2. Reduce
Dari segi
lingkungan, penggunaan khitosan sebagai bahan pengawet kayu relatif aman
karena sifatnya yang non toxic dan biodegradable. Sebab, selama ini
bahan pengawet yang sering digunakan merupakan bahan kimia beracun yang
kurang ramah lingkungan dan unbiodegradable. Dengan mengguanakan Kitosan
sebagai bahan pengawet kayu dari limbah cangkang udang ini, berarti
kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan.
3.
Reuse
Kitosan dari
limbah dari bidang perikanan,dapat digunakan sebagai
agensia penggumpal dalam penanganan limbah terutama limbah berprotein
yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang tentu tidak
mengurangi bahan-bahan yang berbahaya bagi tanaman. Pakan ternak yang dihasilkan dari limbah Kitosan ini dapat
digunakan sebagai bahan makanan untuk ternak-ternak (bid. Peternakan).
Dengan kandungan proteinnya, maka pakan ternak yang dihasilkan baik
untuk diberikan kepada hewan ternak.
Lalu
kotoran-kotoran yang dihasilkan oleh hewan ternak tersebut dapat
digunakan sebagai pupuk organik yang mengandung protein yang diperlukan
oleh tumbuhan. Selain itu pupuk organik yang dihasilkan sangat aman bagi
tumbuhan ,selain mengandung gizi yang penting serta ramah lingkungan
karena dengan kandungan protein yang terkandung dapat memperbaiki atau
membuat struktur tanah menjadi lebih subur.
4.
Recycle
Recycle limbah
cangkang udang dimulai dengan proses pembuatan kitin yang dilakukan
dengan cara pengeringan, pengecilan ukuran, pencucian, deproteinisasi
dengan NaOH. Hasilya dapat langsung diolah menjadi kitosan
melalui proses deasetilisasi, pencucian, pengeringan dan penepungan
hingga menjadi kitosan bubuk. Kitin dan Kitosan dapat
diterapkan di bidang industri maupun bidang kesehatan.
a.
Industri Tekstil.
Serat tenun dapat dibuat
dari kitin dengan cara membuat suspensi kitin dalam asam format,
kemudian ditambahkan triklor asam asetat dan segera dibekukan
pada suhu 20 derajat C selama 24 jam. Jika larutan ini dipintal dan
dimasukkan dalam etil asetat maka akan terbentuk serat tenun
yang potensial untuk industri tekstil. Pada kerajinan batik, pasta
kitosan dapat menggantikan ”malam” (wax) sebagai media
pembatikan.
b.
Bidang Fotografi.
Jika kitin dilarutkan
dalam larutan dimetilasetamida LICI, maka dari larutan ini dapat dibuat
film untuk berbagai kegunaan. Pada industri film untuk fotografi,
penambahan tembaga kitosan dapat memperbaiki mutu film yaitu untuk
meningkatkan fotosensitivitasnya.
c.
Bidang Kedokteran/Kesehatan.
Kitin dan turunannya
(karboksimetil kitin, hidroksietil kitin dan etil kitin) dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan benang operasi. Benang operasi ini
mempunyai keunggulan dapat diurai dan diserap dalam jaringan tubuh,
tidak toksik, dapat disterilisasi dan dapat disimpan lama.
Kitin dan kitosan dapat
digunakan sebagai bahan pemercepat penyembuhan luka bakar, lebih baik
dari yang terbuat dari tulang rawan. Selain itu juga sebagai bahan
pembuatan garam-garam glukosamin yang mempunyai banyak manfaat di bidang
kedokteran. Misalnya untuk menyembuhkan influenza, radang usus dan
sakit tulang.
d.
Industri Fungisida.
Kitosan mempunyai sifat
antimikrobia melawan jamur lebih kuat dari Kitin. Jika Kitosan
ditambahkan pada tanah, maka akan menstimulir pertumbuhan mikrobia
mikrobia yang dapat mengurai jamur. Selain itu Kitosan juga dapat
disemprotkan langsung pada tanaman. Misalnya larutan 0,4% kitosan jika
disemprotkan pada tanaman tomat dapat menghilangkan virus tobacco
mozaik.
e.
Industri Kosmetika.
Kini telah dikembangkan
produk baru shampoo kering mengandung kitin yang disuspensi dalam
alkohol. Termasuk pembuatan lotion dan shampoo cair yang mengandung 0,5 –
6,0 % garam kitosan. Shampoo ini mempunyai kelebihan dapat meningkatkan
kekuatan dan berkilaunya rambut, karena adanya interaksi antara polimer
tersebut dengan protein rambut.
f.
Industri Pengolahan Pangan.
Karena sifat kitin dan
kitosan yang dapat mengikat air dan lemak, maka keduanya dapat digunakan
sebagai media pewarnaan makanan. Mikrokristalin kitin jika ditambahkan
pada adonan akan dapat meningkatkan pengembangan volume roti tawar yang
dihasilkan. Selain itu juga sebagai pengental dan pembentuk emulsi lebih
baik dari pada mikrokristalin sellulosa. Pada pemanasan tinggi kitin
akan menghasilkan pyrazine yang potensial sebagai zat penambah cita
rasa.
5.
Materi
Cangkang udang
mengandung zat khitin sekitar 99,1 persen. Adapun teknologi pengolahan
tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu
1. Dimineralisasi
Limbah cangkang
udang dicuci dengan air mengalir, dikeringkan di bawah sinar Matahari
sampai kering, lalu digiling sampai menjadi serbuk ukuran 40-60 mesh.
Kemudian dicampur asam klorida 1,25 N dengan perbandingan 10:1 untuk
pelarut dibanding kulit udang, lalu dipanaskan pada suhu 90°C selama
satu jam. Residu berupa padatan dicuci dengan air sampai pH netral dan
selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C selama 24 jam.
Kemudian dicampur asam klorida 1 N (HCl 1 N) dengan perbandingan 10 : 1
untuk pelarut dibandingkan dengan kulit udang, lalu diaduk merata
sekitar 1 jam. Biarkan sebentar, kemudian panaskan pada
suhu 90°C selama satu jam. Residu berupa padatan dicuci dengan air
sampai pH netral dan selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C
selama 24 jam atau dijemur sampai kering
2. Deproteinisasi
Limbah udang yang
telah dimineralisasi kemudian dicampur dengan larutan sodium hidroksida
3,5 persen dengan perbandingan antara pelarut dan cangkang udang 6:1.
Selanjutnya dipanaskan pada suhu 90°C selama satu jam. Larutan lalu
disaring dan didinginkan sehingga diperoleh residu padatan yang kemudian
dicuci dengan air sampai pH netral dan dikeringkan pada suhu 80°C
selama 24 jam.
3. Deasetilisasi
khitin menjadi khitosan
Khitosan dibuat
dengan menambahkan sodium hidroksida (60 persen) dengan perbandingan
20:1 (pelarut dibanding khitin), lalu dipanaskan selama 90 menit dengan
suhu 140°C. Larutan kemudian disaring untuk mendapatkan residu berupa
padatan, lalu dilakukan pencucian dengan air sampai pH netral, kemudian
dikeringkan dengan oven suhu 70°C selama 24 jam.
Untuk
ekstrasi khitin dari limbah cangkang udang rendemennya sebesar 20
persen, sedangkan rendemen khitosan dari khitin yang diperoleh adalah
sekitar 80 persen. Maka dari itu, dengan mengekstrak limbah cangkang
udang sebanyak 510.266 ton, akan diperoleh khitosan sebesar 81.642,56
ton.
Jumlah
yang sangat besar mengingat sebagian besar bahan pengawet kayu yang
digunakan selama ini masih diimpor sehingga akan menghemat devisa
negara. Untuk ke depannya, apabila limbah cangkang udang ini dikelola
dengan teknologi yang tepat, akan menjadi alternatif bahan pengawet
murah, alami, ramah lingkungan, dan bisa mendatangkan devisa negara jika
diekspor ke luar negeri.
Karena pengawetan
kayu dengan bahan pengawet alami, selain ramah lingkungan, juga menambah
masa pakai kayu yang nantinya akan dapat menghemat penggunaan kayu
secara nasional sehingga dapat mencegah terjadinya peningkatan kerusakan
hutan dan membantu merealisasikan asas pelestarian hutan.
6. Biaya
Dari
sisi ekonomi, pemanfaatan khitosan dari limbah cangkang udang untuk
bahan pengawet kayu sangat menguntungkan karena bahan bakunya berupa
limbah dan berasal dari sumber daya lokal (local content).
Menurut BPPT (2004) perhitungan dan kelayakan tekno-ekonomis
untuk memproduksi kitosan dengan asumsi umur peralatan 10 tahun adalah
sebagai berikut :
-
Kapasitas produksi 2 ton kitosan per bulan dan 5 ton kitin per bulan
- Biaya
investasi Rp 7,7 milyar
- NPV (Net
Present Value) dengan I atau bunga = 20 % =
Rp. 3,4 milyar
- IRR (Internal
Rate of Return)= 36,70 %
- Payback
period minimal = 3,5 tahun
- BEP (Break
Event Point) : kapasitas produksi kitin 37
ton/tahun; 2,2 ton
kitosan/tahun
- Biaya
produksi rata-rata per kilogram : Rp. 47.950
- Harga
jual kitin Rp. 51.000 per kilogram, kitosan Rp. 170.000 per kilogram.
7. Energi
Pemanfaatan limbah
cangkang udang menjadi Kitosan sebagai bahan baku untuk pembuatan
plastik biodegradable yang memanfaatkan bahan-bahan alam yang dapat
diperbaharui dan hemat energi.
8. Produk
baru
Dengan
menggunakan konsep Bio-cyclo Farming dan Ekologi Industri, maka Kitosan
dari limbah cangkang udang dari bidang perikanan, dapat digunakan sebagai agensia penggumpal dalam penanganan limbah terutama
limbah berprotein yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak
yang tentu tidak mengurangi bahan-bahan yang berbahaya bagi tanaman. Pakan ternak yang dihasilkan dari limbah Kitosan ini dapat
digunakan sebagai bahan makanan untuk ternak-ternak (bid.Peternakan).
Dengan kandungan proteinnya, maka pakan ternak yang dihasilkan baik
untuk diberikan kepada hewan ternak.
Kitosan yang
disebut juga dengan β-1,4-2 amino-2-dioksi-D-glukosa
merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedikit larut dalam HCl,
HNO3, dan H3PO4 dan tidak larut dalam H2SO4. Kitosan tidak beracun,
mudah mengalami biodegradasi dan bersifat polielektrolitik. Disamping
itu kitosan dapat dengan mudah berinteraksi dengan zat-zat organik
lainnya seperti protein. Oleh karena itu, kitosan relatif lebih banyak
digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan industri kesehatan
(Zakaria, 2000).
minta bantuannya donkz,boleh minta file data yg dari BPPT 2004 gak?
BalasHapusAda jual kitinnya ngga??? Saya butuh informasi yg jual kitin..Mohon bantuannya...
BalasHapusAda jual kitinnya ngga??? Saya butuh informasi yg jual kitin..Mohon bantuannya...
BalasHapus